إذا كنت في كل الأمور معاتبا # صديقك لم تلق الذي لا تعاتبه

“Jika Engkau Mencari Teman Tanpa Aib cela Kekurangan #  Niscaya Engkau Tak akan Menemukannya”

Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya tidak lepas dari hubungan sesama manusia, baik teman, saudara, kerabat, guru dan lain sebagainya. Mencari hubungan pertemanan yang baik memang sebuah pilihan yang meski kita jalani, namun jika kita mencari teman yang tanpa kekurangan, tanpa aib, tanpa cela maka kita tidak akan bisa menemukannya.

Bahkan tidak hanya teman, namun Sahabat dan Sedulur tanpa aib juga tidak ada… bahkan Guru tanpa Aibpun tidak ada, makanya mengapa Imam Nawawi Menjadi Org Besar karena Ia Memandang Aib Gurunya Sebagai Suatu Kelebihan .. sehingga dalam Pandangan Imam Nawawi Gurunya Yang Bernama Imam Ibnu Malik ( Penyusun Àlfiyyah) tiada aib dan cela, bahkan sering Imam Nawawi bershodaqoh kepada fuqara di sepanjang Jalan Menuju rumah gurunya di atas namakan gurunya tersebut agar Allah menutup aib gurunya dari hati Imam Nawawi.

Para Guru Kita setelah Imam Nawawi pun Meneruskan Tradisi itu lihat Dalam Manhaj Shawi diceritakan:

وكان الامام الشعراني رحمه الله إِذَا خَرَجَ لِلدَّرْسِ لِيَقْرَأَ عَلَى شَيْخِهِ يَتَصَدَّقُ عَنْهُ فِي الطَّرِيْقِ بِمَا تَيَسَّرَ, وَيَقُوْلُ: اللهم اسْتُرْ عَنِّي عَيْبََ مُعَلِّمِيْ حَتَّى لاَ تَقَعَ عَيْنِيْ لَهُ عَلَى نَقِيْصَةٍ وَلَا يُبَلِّغُنِي ذَلِكَ عَنْهُ أَحَدٌ.

Imam Sya’rani ketika akan berangkat belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah semampunya di jalan tempat dia berlalu, sembari berdo’a: “Ya Allah, jangan perlihatkan kepadaku kelemahan guruku agar mataku tidak melihat pada kekurangannya dan jangan sampai ada seorang pun yang memberitahu tentang cela guruku tersebut.”